Selamat malam,
Sudah sebulan lebih saya tidak menulis pada blog tercinta ini, dan banyak pergumulan terjadi selama saya tidak menuliskan postingan terkait dengan rokok. Pergumulan ini seakan terasa ringan, namun tanpa sadar karena saya meremehkan hal tersebut, pada akhirnya saya terperosok dalam jurang yang melebar. Dan pada akhirnya, saya tersadar bahwa jurang yang dimulai dari lubang kecil ternyata sangat menyakitkan. Berbagai percobaan untuk bangkit ini sudah dilakukan, termasuk dalam menulis postingan di blog ini. Tapi pada akhirnya, jurang itu ternyata sulit untuk dinaiki, sehingga saya mencoba menerobos lewat jalur lain. Demikian sekilas kondisi saya terakhir dan itu merupakan alasan kenapa saya tidak menulis. Harap maklum.
Review yang akan saya tulis pada kesempatan kali ini ialah salah satu hasil kolaborasi HM Sampoerna dengan pabrik bergolongan IIA dan IIB. Salah satu produk yang dihasilkan dari kolaborasi tersebut yakni produk yang akan dibahas pada kesempatan kali ini. Yaitu Kripton. Sebenarnya ada belasan merek lain yang kemungkinan akan saya coba review pada kesempatan kedepan (ini termasuk dengan beberapa merek SKT yang juga merupakan hasil kolaborasi serupa), namun saya sendiri berharap kesempatan itu bisa didapatkan kedepan.
Mode mekanisme kolaborasi yang diterapkan pada produk ini dan produk sejenis (berikut dengan kategori SKT), secara singkat dan bisa diduga secara kental ialah model supervisi dan distribusi. Sistem supervisi kemungkinan dimulai dari sistem perancangan produk oleh tim HM Sampoerna, kemudian pemilihan pabrikan yang sesuai dengan kriteria, pemilihan bahan baku yang bisa dicapai oleh pabrikan terpilih, produksi, dan Quality Control yang pada akhirnya diawasi oleh pihak Sampoerna. Sistem ini didukung dengan distribusi yang dilakukan bukan dari pihak pabrik, melainkan dari HM Sampoerna itu sendiri. Sistem ini sering disebut sebagai sistem produksi Toll Manufacturing, namun saya menduga ada kemungkinan lebih dari itu.
Tujuan awal secara umum yang bisa saya baca ialah untuk menghajar produk tier 2 dari pabrikan lokal maupun dari turunan PT Djarum yang kita ketahui memiliki puluhan merek dengan persebaran tiap produk berbeda-beda. Dan selain itu, anggapan penurunan pada volume Golongan I dari HM Sampoerna pasti ada semenjak pandemi berlangsung. Hal ini dikarenakan secara pengeluaran, perokok dewasa akan memilih produk yang lebih murah secara harga. Inilah alasan kenapa HM Sampoerna berusaha bermain pada Golongan II.
Baik, mari kita coba review rokok ini dimulai dari harga terlebih dahulu. Harga rokok ini saya dapatkan pada angka Rp. 10.000,- (meskipun pada beberapa toko menjualnya dengan harga Rp. 11.000,- atau Rp. 10.500,-, cukai pada Golongan II Rp. 12.250) dengan total kuantitas sebesar 12 batang. Harga ini tentunya merupakan harga yang sangat murah, terlebih merek Kripton ini dipasarkan pada wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
Untuk harga saya beri nilai 10 dari 10.
Kemudian kita coba review kemasan rokok ini dengan seksama
Ketika sebelum dibakar, rokok ini seakan mengeluarkan satu rasa unik namun klasik, yakni sensasi fruity yang mengarah ke karakter gummy, dengan adanya sentuhan maple syrup yang dominan dan sentuhan fermented yang tipis namun bisa menyatakan rokok ini memang berjenis Full Flavor. Namun ketika dibakar, sensasi awal yang terasa ialah karakter maple syrup dan sedikit honey, sensasi essens rum dan raisins yang terkesan matang, sensasi spicy yang terkesan halus di kelasnya namun cukup kuat, dan sentuhan fruity yang bisa didasarkan pada note raspberry, nanas, tangerine, leci, dan nangka. Hal ini didukung oleh penambahan licorice yang akan saya bahas di paragraf selanjutnya. Karakter maple syrup sangat mendominasi dari hisapan manis yang ingin dibawa, dengan rasa di lidah yang terkesan sticky alias lengket, penuh dengan rasa, dan seakan bahwa maple syrup ini ditambahkan dengan unsur madu yang memiliki tingkat glukosa tinggi.
Sensasi fruity ini mendukung cukup baik dari aroma syrup bawaan, dengan sentuhan raspberry dan nanas yang dominan, dalam tingkatan rasa yang tidak begitu asam namun bisa diterima dengan baik. Tangerine dan leci sepertinya ditambahkan untuk memperkuat elemen fruity rokok ini, mungkin untuk mrmperbaiki elemen raspberry yang sedikit terpendam, dan nangka digunakan untuk menciptakan elemen khas fruity yang dimiliki oleh kretek namun tidak begitu banyak pada rokok ini. Ada juga penambahan elemen raisins yang seakan terinspirasi dari Gudang Garam, sedikit ada unsur asam hasil pengeringan anggur, dipadukan dengan essens rum yang kemungkinan besar terinspirasi dari Jamaican Rum dalam tingkat kepekatan yang tidak berlebih. Note licorice terkesan baik, dan mungkin ini memperkuat sensasi manis yang ingin dijual oleh rokok ini, dengan menciptakan a hint of sweetness yang kuat.
Elemen spicy tergambar jelas menggunakan kayumanis, adas manis, pekak, kapulaga, dan beberapa rempah lain yang tidak bisa disebutkan. Tidak begitu memiliki elemen rasa spicy yang sangat kuat, termasuk baik di kelasnya dan cukup membuat sesi merokok ini nyaman. Cengkeh yang digunakan sepertinya kualitas menengah yang matang, tidak begitu kuat namun mampu menciptakan karakter warming yang cukup baik. Tidak memiliki efek warming secara jelas di tenggorokan, meskipun pada mulut tergambar jelas sensasi hangat yang cukup mengesankan dan tak berlebihan.
Blend dari rokok ini seakan menggunakan Tembakau Krosok berjenis Oriental, dengan gambaran terjelas pada note Tembakau Madura yang hangat namun mengesankan secara karakter nutty halus, didukung dengan beberapa tembakau lain yang juga Berjenis Oriental, semisal Temanggung dan Boyolali. Tergambar baik secara karakter earthy yang ingin dibawa, cukup terasa sensasi tanah yang tidak berlebih, dan sekilas memiliki karakter balance yang menurut saya terkesan baik di kelasnya. Ada tambahan note smoky yang sekilas cukup baik, bisa jadi menggunakan tipikal Burley lokal.
Bila dikeluarkan lewat hidung, note nutty dengan elemen spicy yang pedas cukup kuat, akan tetapi ada sedikit catatan bahwa ada aroma chemical yang mengecewakan. Tarikan terkesan berat untuk sekelas 28mg dengan jenis Full Flavor, terkesan halus dan memiliki kemantapan yang baik. Sensasi tarikan terkesan sangat solid, dan entah mengapa untuk rokok sekelas tar rendah ini bisa memiliki tarikan yang jauh lebih sulit dibandingkan dengan Sampoerna A Filter yang saya coba jadikan acuan. Harshness yang dimiliki terkesan kencang, cukup membuat tenggorokan saya terasa gatal dan hal ini sepertinya didukung dengan elemen spicy dari rokok ini. Meski pada akhirnya harshness dalam rokok ini bisa pulih dengan cepat. Throat hit terkesan halus, tidak menusuk di tenggorokan, meski di baris sebelumnya saya mengatakan harshness nya cukup terasa.
Durasi rokok ini sekitar 19-20 menit (untuk rokok yang memiliki kadar 28mg, bagi saya ini melampaui ekspektasi saya yang secara umum hanya mencapai 14 menit), dengan catatan angka ini tergantung bagaimana cara Anda menghisapnya, bagaimana situasi dan kondisi ketika menghisap, dan bagaimana lingkungan ketika sedang merokok. Aftertaste terkesan kuat dengan sensasi nutty dan smoky yang sangat kental, ada sedikit rasa fruity yang memang sedikit menempel, sensasi maple syrup dan madu yang sangat sticky di mulut dan tenggorokan, dan sensasi earthy kuat yang menempel jelas.
Kelemahan rokok ini secara singkat ialah hisapannya sangat sulit untuk ditarik, meskipun Anda merupakan pengguna SKM Full Flavor merek mainstream. Sensasi pahit mulai terkesan muncul ketika beberapa sesi bakaran terakhir, dan sekilas memang ada sedikit aroma chemical yang bagi sebagian orang akan merasa terganggu, namun tidak signifikan. Cukup baik dikatakan kelemahan ini bagi sebagian orang merupakan sebuah kelebihan, namun ada pasti yang merasakan hal yang sama dengan saya ketika merokok ini.
Secara umum, rasa rokok ini memiliki nilai 8.6 dari 10.
KESIMPULAN
Bila ditarik dari tiga aspek yang sudah saya bahas, keunggulan dari rokok ini terletak pada harga dan kemasan yang menarik. Adapun rasa rokok ini seakan baik bagi perokok awam yang menginginkan sensasi rasa, terutama bila bicara Gudang Garam Surya. Memiliki note serupa terutama pada rum dan raisins yang memang menjadi nilai tarik jual dari Surya. Dan sensasi manis dari maple syrup terkesan kentara, dan ini mungkin yang dicari bagi sebagian orang. Kelemahan rokok ini terletak pada tarikan yang menurut saya terkesan diatas dari kadar Tar yang tercantum, yakni 28mg sehingga terkesan rokok ini susah untuk ditarik dan lama untuk menghabiskannya. Selain itu, ada sensasi pahit dan juga terdapat sensasi chemical terutama bila ditarik lewat hidung.
Untuk distribusi ini, rokok ini memang difokuskan untuk dijual di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Produk ini hanya bisa ditemukan di warung, toko kelontong, dan grosir. Dengan catatan, secara umum warung dan toko kelontong yang memfokuskan untuk menjual rokok ini ialah yang sudah tergabung pada SRC. Di wilayah lain, bisa mencoba merek serupa semisal Forza, Sonar, Drogo, dan merek lain yang belum saya bisa sebutkan karena terlupa.
Secara umum, nilai rokok ini ialah 9.2 dari 10. Artinya rokok ini menang secara umum pada harga dan kemasan, namun secara rasa bagi saya kurang begitu menjadi nilai jual. Ini kembali lagi ke Anda, bila harga yang menjadi permasalahan namun rasa baik, rokok ini dan sejenisnya bisa dicoba.
Demikian postingan saya kali ini. Bila ada pertanyaan silahkan email saya, mention atau DM saya via Twitter di @ReviewRokok, dan hubungi saya via WhatsApp di tombol diatas. Jadilah perokok yang bertanggungjawab dan tercerahkan. Sekian dan terima kasih.
0 Komentar