Selamat malam,
Pembaca mungkin bertanya dan juga sekilas mengamati mengapa saya terkesan on-off dalam menulis? Bisa saya jawab dengan satu pernyataan yang bisa menggambarkan sekilas. Ayunan. Saya sudah memberikan pernyataan itu, dan mungkin Anda bisa mengkaji lebih jauh sebab musabab kenapa saya hidup layaknya ayunan yang tak berhenti dan tidak diam dari posisi sebelumnya. Harap maklum sebesar-besarnya.
Menulis merupakan satu hobi saya ketika ayunan tersebut mulai menetap dari posisi semula. Bila saya menuliskan apapun yang ada di blog ini, ada dua klarifikasi yang akan jelaskan sebelum saya membuat review atau ulasan dari rokok ini. Pertama ialah beberapa waktu silam, ayunan saya seakan lebih buruk bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Kedua, untuk membuat ayunan tersebut berhenti secara total, butuh waktu yang terkesan lama dan tidak bisa diprediksi.
Untuk review kali ini, saya akan mencoba menuliskan beberapa permintaan pembaca yang menginginkan rokok ini dibahas. Anggap saja ini penebusan dosa pertama saya sebelum saya mencoba menebus dosa lain yang sudah saya janjikan sebelumnya. Rokok ini diberi nama Taman Sriwedari, atau biasa ketika membeli rokok ini cukup menyebutkan sebagai "Sriwedari" saja. Rokok ini merupakan salah satu produk klasik pada ranah Kretek Tangan yang berhasil bertahan ditengah persaingan SKT yang semakin besar. Entah kenapa, saya masih mermpertanyakan alasan utama mengapa Gudang Garam mempertahankan brand yang termasuk tua bagi Gudang Garam. Jimat? Mungkin saja.
Taman Sriwedari sendiri mempunyai dua varian, pertama ialah Taman Sriwedari Lurik seperti yang umumnya kita semua kenal. Kedua ialah Taman Sriwedari Lurik Biru, varian yang paling jarang saya temukan dan dibahas dengan seksama. Yang saya tangkap sekilas, perbedaan jelas antara Lurik yang saya bahas kali ini dengan Lurik Biru, mungkin terletak pada kemasan dan ukuran batang. Ukuran batang pada Lurik Biru jauh lebih pendek (Anggap saja sebagai Regular Size), sedang pada batang rokok ini menggunakan model King Size yang sering ditemukan pada rokok SKT di Indonesia secara umum.
Tanpa basa-basi, mari kita review rokok ini dimulai terlebih dahulu dari harga. Harga saya membeli rokok ini sekitar Rp. 12.000,- (cukai 2021 golongan I sebesar Rp. 12.200,-) dengan kuantitas isi 12 batang. Untuk harga dengan patokan konteks saat ini, mungkin bisa dibilang salah satu produk Kretek yang terjangkau dari Gudang Garam. Untuk harga sendiri saya akan memberi nilai 9.5 dari 10.
Kemudian kita coba review kemasan rokok ini dengan seksama
Kemasan rokok ini terbilang simpel untuk dipahami dari konteks kemasan. Bagian depan dan belakang kemasan, terdapat pola garis yang bisa disebut sebagai lurik berwarna merah dan diikuti dengan bagian biru di bagian bawah. Di bagian depan kemasan terdapat tulisan King Size dengan font vintage, menandakan bahwa rokok ini masuk dalam kategori King Size (dengan ukuran yang sama dengan SKT secara umum). Di bagian bawah tulisan, terdapat logo Taman Sriwedari, dengan adanya emblem berbentuk perisai klasik. Tulisan TAMAN menggunakan warna hitam pekat, dan Sriwedari sendiri menggunakan font yang terkesan Handmade dan menggunakan warna merah.
Ada gambaran di gambar tercermin bahwa pemandangan indah dengan adanya istana mahligai, banyaknya rumput dan pohon, serta terdapat aliran sungai yang arusnya berwarna merah. Bila dikaji mendalam, gambar ini menandakan gambaran terkait Surga yang umumnya bisa dikaji dengan konteks Eropasentris. Kata Sriwedari merupakan bahasa Jawa untuk menggambarkan Surga secara harfiah maupun makna lain. Acuan gambar surga yang ada sangat tercermin dengan nilai dari Garden of Eden, salah satu penanda bahwa dengan merokok ini akan menjadi tentram dan panjang umur. Bagian bawah terdapat tulisan 12 SIGARET KRETEK.
Bagian belakang tidak berbeda jauh dengan bagian depan, hanya saja pada lukisan belakang kemasan terdapat sebuah joglo dengan jalan dan pohon yang rindai. Anggap saja bahwa rumah ini merupakan kediaman awal dari Keluarga Wonowidjojo. Bagian bawah lukisan terdapat tulisan PT PERUSAHAAN ROKOK Tjap GUDANG GARAM Tbk., Kediri. Anggap saja kembali bahwa lukisan rumah ini memang menandakan kediaman dari keluarga Wonowidjojo. Bagian samping kanan terdapat tulisan larangan jual, kadar dan barcode. Bagian kiri merupakan tempat dari pelekatan pita cukai. Bagian atas terdapat lipatan khas rokok soft-pack dengan warna lurik merah, dan dibagian bawah tertulis MANUFACTURED BY PT. GUDANG GARAM Tbk. Kediri, Indonesia.
Kemasan rokok ini terkesan klasik, memiliki nilai historis yang terkesan kental dan tidak sembarangan dalam membuat hasil karya cipta kemasan dari rokok ini. Bahan yang digunakan juga solid dan memiliki tekstur licin. Untuk kemasan sendiri saya beri nilai 8.8 dari 10.
Kemudian kita coba buka plastiknya dan kemasannya dengan seksama
Cukup simpel sebenarnya bahwa rokok ini memiliki model soft-pack berlipat layaknya SKT secara umum di Indonesia. Tampaknya, untuk membuka rokok ini bisa menggunakan berbagai cara. Baik membuka lipatan, mencoba menyobek bagian samping, atau mematahkannya bila diinginkan.
Cara yang saya ambil kali ini ialah merobeknya ke samping. Bisa diikuti cara meyobeknya dengan merobek lipatan bawah bagian samping, kemudian merobek lipatan hingga terlihat bagian batang dari rokok ini
Bila sudah, maka kita bisa melihat bagian dalam dari rokok ini
Tampak pada model plastik ini menggunakan model yang sering dijumpai, yakni lipatan plastik mengikuti kemasan rokok. Untuk merobeknya, bisa dengan membuka beberapa lipatan plastik dan pada akhirnya doronglah bagian bawah rokok ini hingga keluar. Karena ada beberapa kesalahan dalam pengambilan gambar (dan mempersingkat bacaan), maka langsung saja kita kaji berapa kuantitas dari rokok ini. Untuk kemasan rokok ini memiliki kuantitas sebesar 12 batang, dengan susunan 6 di depan dan 6 di belakang.
Kemudian kita coba keluarkan rokok-nya dengan seksama
Tampak batang rokok ini memiliki panjang sebesar 84mm atau lebih, dan diameter bagian bakaran dapat diperkirakan sekitar 8mm dan bagian hisapan sebesar 7.4mm. Anggap saja rokok ini memiliki diameter yang sama dengan rokok SKT yang umum ditemui di Indonesia. Bagian batasan bakaran terkesan simpel, menggunakan ceminan joglo, garis tebal khas SKT Gudang Garam, dan tulisan Sriwedari.
Untuk mempersingkat waktu, mari kita coba rasakan rokok-nya dengan seksama
Ketika sebelum dibakar, rokok ini seakan membawa sensasi rasa yang sekilas, memang terkesan mirip pada kemasan 16 dari Surya. Cukup tawar tapi menggoda, terdapat sensasi buttery taste, dan sensasi buah yang terkesan cukup memiliki aroma dan rasa gurih. Namun ketika dibakar, rokok ini seakan menawarkan sensasi rasa fruity yang tidak begitu kuat, kental dengan sensasi buttery yang menggoda, sensasi sweet-fermented yang khas, dan sensasi spicy yang terkesan sangat kuat namun berakhir dengan sensasi halus. Sensasi fruity yang ditawarkan terbilang simpel dan khas. Raspberry, raisins, leci, dan nangka, dengan note dominan ada di bagian raisins dan nangka.
Bila dikaji lebih dalam, sensasi saus pada rokok ini terkesan lebih minim bila dibandingkan dengan SKT Gudang Garam secara umum. Cukup kentara bahwa dominan buttery pada rokok ini mampu membuat sensasi gurih jauh lebih dominan, bila dibandingkan dengan sensasi fruity. Adapun sensasi sweet-fermented ini merupakan campuran dari essens rhum dan beberapa pembantu rasa dari raisins itu sendiri. Mungkin anggap saja perisa Sultana atau hal lain yang mendukung sensasi fruity dan sweet-fermented dari rokok ini.
Sensasi rempah terkesan dominan, dengan penggunaan kayumanis, adas manis, pekak dan beberapa rempah lain. Banyak orang menduga bahwa rokok ini menggunakan margarin sangat besar, padahal kenyataan dari rokok ini hanya menggunakan hydrogenated palm oil untuk membantu dalam pembentukan sensasi margarin khas. Cengkeh yang digunakan pada rokok ini seakan sama dengan SKT Gudang Garam secara umum. Cengkeh Manado, dengan tingkat kepedasan menengah keatas seakan mampu mendukung sensasi pedas yang kentara pada rokok ini. Kurang begitu warming, meskipun rokok ini terkesan pedas di lidah. Seakan bahwa rokok ini tidak panas ataupun membuat hangat tenggorokan.
Blend rokok ini bisa dipastikan 100% Tembakau Krosok berjenis Oriental, tanpa penggunaan Virginia ataupun tembakau luar negeri lain. Beberapa tembakau yang digunakan diantaranya Madura, Paiton, Temanggung, dan Boyolali. Dengan dominan nutty kuat, sensasi 'apek' yang dihasilkan kuat, dan sensasi rasa yang sangat kuat namun tetap halus. Sangat balance dan earthy, dengan sensasi tembakau yang seimbang dan sensasi rasa tanah yang kental namun baik. Bila dikeluarkan lewat hidung, rokok ini memiliki sensasi spicy yang kuat dengan adanya sensasi menggelitik dan tajam, namun disatu sisi sangat baik berkat penambahan rhum essence dan perisa raisins. Tarikan rokok ini sangat mantap, dengan artian solid, padat secara kualitas, dan sensasi tarikan berat yang halus dan tertarik sempurna. Harshness sangat terasa, dengan sensasi menggelitik namun terkesan baik. Throat hit pada rokok ini terkesan halus namun tajam, dapat dikatakan mungkin karena nikotin pada rokok ini sekitar 2.7mg, mampu menciptakan efek tarikan yang halus namun tetap kuat.
Durasi bakar dari rokok ini sekitar 16-18 menit (saya mendapatkan angka sekitar 17 menit), dalam artian angka ini tergantung dari cara Anda menghisapnya, situasi dan kondisi ketika Anda menghisapnya. Aftertaste dari rokok ini ialah sensasi nutty halus yang bertahan lama, sensasi fermented yang terkesan khas dalam intensitas halus namun kuat, sensasi buttery dan gurih yang terkesan baik, dan sensasi kebas pada lidah yang cukup bertahan lama sehingga bisa dibilang rokok ini memang varietas terkuat dari SKT Gudang Garam secara umum.
Namun kelemahan rokok ini terletak pada sensasi rasa yang jauh lebih tawar dibandingkan yang Anda bayangkan dari sebuah produk Gudang Garam. Sensasi hisapan pada beberapa bakaran menuju akhir, terkesan memiliki sensasi chemical dari essence yang digunakan rokok ini. Dan juga bagi Anda yang menginginkan rokok dengan sensasi halus mutlak, maka saya sangat tidak merekomendasikannya. Termasuk baik secara rasa, namun terkesan berbeda bila dibandingkan dengan SKT atau produk Kretek dari Gudang Garam manapun. Mungkin ini saya sebut sebagai sensasi rasa dan aroma klasik. Untuk rasa sendiri saya beri nilai 8.75 dari 10.
KESIMPULAN
Rokok ini memang terkesan memiliki sensasi yang asing bagi Anda yang terbiasa merokok SKM dari Gudang Garam. Tidak begitu manis, cenderung tawar, kuat dengan sensasi fermented dan buttery. Anggap saja rokok ini memang bisa menjadi unggulan bagi anda kaum "Asbak" yang membutuhkan rokok murah namun dengan rasa yang baik. Kelemahan utama yang jelas pada rokok ini ialah sensasi rasa yang sangat berbeda dan sensasi tarikan tajam serta adanya beberapa sensasi chemical taste yang kentara namun tidak signifikan. Sensasi aroma ini juga lebih tajam, dan terkesan berbeda bila dibandingkan dengan Gudang Garam Merah atau Djaja (bahkan Gudang Garam Patra). Penjualan rokok ini sangat terbatas di kawasan Jabodetabek. Anggap saja dari semua warung di Jakarta Timur, hanya 5 yang menjualnya. Akan tetapi, kondisi ini berbeda dengan Jawa Tengah dan Timur. Pernah suatu saat saya menemukan rokok ini di minimarket di kawasan Jawa Tengah. Dan ini juga berlaku kepada Jawa Timur.
Untuk nilai rata-rata dari rokok ini ialah 9.01 dari 10. Anggap saja rokok ini unggul dalam kemasan dan harga. Meskipun bagi saya rokok ini seakan baik, akan tetapi angka pada rasa ini tidak bisa dipukul rata. Bila saya merekomendasikannya untuk sehari-hari? Tentu mungkin saja. Bila tidak cocok, saya rasa tak cocok bagi Anda yang memang tidak suka dengan sensasi tawar dari Gudang Garam. Pilihan tergantung Anda, dan silahkan memilih.
Demikian postingan saya kali ini. Bila ada pertanyaan silahkan email saya, mention atau DM saya via Twitter di @ReviewRokok, dan hubungi saya via WhatsApp di tombol diatas. Jadilah perokok yang bertanggungjawab dan tercerahkan. Sekian dan terima kasih.
1 Komentar
Saya sudah cukup lama setia di Sriwedari setelah melalang buana dari kretek merah dan Djaja, Sriwedari lebih berkarakter kuat dan tajam tetapi tidak manis, dan ini sangat cocok buat orang yang suka merasakan "eneg" pada karakter manis. Tapi sayang sekali, hanya 1-2 warung yang menyediakan Sriwedari karna dianggap jarang peminatnya.
BalasHapus