Selamat sore,
Seharusnya, hari kemarin merupakan hari dimana admin bisa menuliskan review terkait produk tembakau di Indonesia. Namun dikarenakan cuaca pada hari kemarin dikatakan sangat kacau, maka pada akhirnya admin baru bisa menuliskan review terkait dengan produk rokok pada hari ini. Sekiranya, hutang review admin terhitung banyak, dan harap maklum, saya tidak bisa menyelesaikannya pada satu hari.
Review yang akan admin buat pada kesempatan kali ini ialah Minak Djinggo Rempah. Produk ini dikatakan baru masuk pasaran kisaran awal Agustus 2020 lalu, namun pemberitaan terkait dengan produk ini sudah dilakukan sejak awal Juli 2020 lalu. Berdasarkan pemberitaan yang ada, produk ini dibuat sebagai bentuk usaha PT Nojorono Tobacco International dalam membantu pelinting rokok SKT untuk tetap produktif dan sejahtera, serta konon dengan adanya khasiat rempah bisa mencegah terjadinya ketidaknyamanan dalam tubuh, maka produk ini pada akhirnya diluncurkan.
Produk ini secara spesifik hanya dijual di Jawa bagian Barat, melingkupi Jabodetabek dan Banten sebagai basis terkuat dari Minak Djinggo sejauh ini. Secara singkat, produk ini dibuat untuk pangsa pasar millenial (namun saya pribadi sangat tidak yakin dengan ucapan tersebut) yang menginginkan SKT murah dengan fitur berkelas. Sebagaimana yang sudah saya katakan pada paragraf sebelumnya, PT N.T.I berusaha memutar akal dalam menyejahterakan pelinting SKT yang dimilikinya di Kudus, Jawa Tengah.
Produk yang diklaim menggunakan rempah berkhasiat pada sausnya ini, diharapkan mampu menciptakan sensasi rasa yang bisa diterima di pasaran. Dengan mengusung slogan "Rasa Jang Beloem Pernah Ada" dan "Rasa Oentoek Semoea", rokok ini memiliki keunggulan pada rempah yang digunakan. Beberapa rempah yang digunakan meliputi Kayu Secang, Jahe, Sereh, Kayumanis, Adas Manis, Bunga Lawang, dan beberapa rempah lain yang konon bisa meningkatkan daya tahan tubuh dari konsumennya. Meskipun produk ini terinspirasi dari Wedang Uwuh yang dikenal sebagai minuman berkhasiat, namun produk ini tetap menggunakan bahan dasar Tembakau dan Cengkeh sebagai karakter utama dari rokok ini, yakni Sigaret Kretek. Agaknya, usaha untuk melestarikan budaya Indonesia ini dirasa cukup menarik bila dikaji lebih mendalam.
Selain itu, produk ini merupakan bentuk repositioning Minak Djinggo pada skala yang cenderung lebih muda, yakni usia 30 tahun keatas yang menginginkan SKT dengan rasa nikmat, sensasi halus, dan durasi bakar yang lama. Tepat ditengah pandemi masih berlangsung, produk ini pada akhirnya masuk pada awal Agustus 2020 lalu.
Baiklah, kita review rokok ini dimulai dari harganya terlebih dahulu. Untuk harga rokok ini saya membelinya dengan harga Rp. 10.000 (ada beberapa toko menjualnya seharga Rp. 9.500 dan 11.000, cukai Rp. 7.325) dengan kuantitas isi sebesar 10 batang. Terhitung memiliki harga yang sangat murah dan terjangkau, dan boleh dikatakan segmen 10 batang di kawasan Jawa bagian Barat hampir tidak ada pemain besar layaknya Minak Djinggo. Untuk harga sendiri saya beri nilai 10 dari 10.
Kemudian kita coba review kemasannya dengan seksama
Ketika sebelum dibakar, rokok ini seakan mengeluarkan sensasi spicy yang kuat dengan rasa manis yang cukup baik. Kemungkinan besar sensasi secang sudah bisa dirasakan sebelum rokok ini dibakar. Namun ketika dibakar, sensasi rokok ini memiliki intensitas manis yang sangat kuat dengan tingkat spicy yang cenderung lebih soft. Hampir tidak memiliki sensasi fruity, cenderung memiliki sensasi manis spicy yang kuat. Manis spicy yang dihasilkan merupakan hasil gabungan dari molasses dan ekstrak rempah yang digunakan pada rokok ini. Dominan dengan unsur secang, jahe, dan sereh, dengan adanya pembantu rasa berupa licorice. Beberapa rempah lain juga terasa pada rokok ini, diantaranya ialah kapulaga, bunga lawang, pekak, adas manis, dan kayumanis. Sensasi penggunaan inverted sugar sedikit terasa, namun hal ini sepertinya hanya digunakan untuk meningkatkan sensasi manis rempah dari rokok ini. Adapun sensasi yang dihasilkan cenderung hangat, namun dengan intensitas rasa hangat yang lembut. Cengkeh yang digunakan pada rokok ini terbilang pas, tidak kebanyakan dan tidak sedikit. Sepertinya menggunakan cengkeh ranum yang memiliki sensasi aroma kuat.
Blend pada rokok ini menggunakan Tembakau Oriental asal Indonesia berjenis Krosok, dapat dikatakan bahwa rokok ini menggunakan Tembakau yang memiliki nikotin kecil. Semisal saja Paiton dan Madura, dikarenakan secara rasa rokok ini terbilang sangat halus dikelasnya. Cenderung memiliki unsur nutty minim, meskipun ada akan tetapi cenderung terkesan lembut. Sepertinya blend rokok ini dimodifikasi sedemikian rupa untuk bisa masuk ke pangsa pasar millenial. Cenderung balance dan tidak ada salah satu dominasi oleh satu jenis Tembakau. Sensasi earthy yang dihasilkan juga terbilang pas, dan cukup terasa sensasi hangat dan kaya akan unsur hara. Cenderung cukup gurih, hal ini dikarenakan Tembakau berjenis Oriental memiliki karakter rasa gurih khas. Ketika dikeluarkan lewat hidung, rokok ini terbilang memiliki sensasi aroma nutty halus, dan dilengkapi aroma manis dan spicy yang halus juga. Tarikan yang dihasilkan sangat-sangat halus, terlebih juga efek hisapan yang ditimbulkan sangat mantap. Meskipun rokok ini memiliki kadar tar sebesar 43mg, akan tetapi hisapan yang dihasilkan sangat lembut. Harshness pada rokok ini cukup kuat, namun dengan sensasi harsh yang masih bisa diterima oleh saya pribadi. Throat hit sedikit ada, namun cenderung tidak membuat tenggorokan tak nyaman.
Durasi bakar dari rokok ini sekitar 14 sampai 15 menit, tergantung bagaimana cara Anda menghisapnya dan situasi ketika membakar rokok ini. Aftertaste yang dihasilkan cenderung memiliki sensasi rasa manis alami dan spicy yang terkesan sangat halus. Bahkan cenderung tidak membuat tenggorokan sakit. Adapun sensasi aftertaste lainnya ialah adanya rasa nutty halus yang meninggalkan kesan baik di tenggorokan dan rongga mulut. Namun, kelemahan rokok ini ialah cukup panas ketika mendekati seperempat bakaran terakhir, dan juga panas yang dihasilkan membuat jari dan mulut terasa tidak nyaman. Sensasi chemical taste hampir tidak ada pada rokok ini, meski saya merasakan sedikit terasa dalam taraf yang masih bisa ditoleransi. Saya merasa rokok ini sangat cocok dan berkelas dengan harga yang murah, dan saya sangat merekomendasikannya bagi Anda yang menginginkan sensasi tarikan halus dan rasa manis yang pas. Untuk rasa sendiri saya beri nilai 9.25 dari 10.
KESIMPULAN
Dengan sensasi tarikan yang sangat halus, rasa yang sejauh ini bisa menandingi kompetitor yang memiliki harga lebih mahal, dan sensasi hisapan yang baik membuat rokok ini bisa diunggulkan dengan harga yang sangat terjangkau. Terlebih, dengan kemasan shell & slide, membuat rokok ini dapat diunggulkan dikala membutuhkan rokok yang tahan cuaca dan tahan dari berbagai gangguan. Namun, kelemahan rokok ini ialah sensasi rasa panas yang cenderung mengganggu dan kadang membuat tak nyaman ketika menghisap. Untuk distribusi rokok ini, hanya berlaku pada gross trade semisal warung sembako, toko kelontong, dan toko grosir. Untuk di modern trade semisal Indomaret atau Alfamart, saya meragukan rokok ini bisa masuk kesana. Dikarenakan target pasar dari rokok ini ialah kelas menengah kebawah. Overall, saya memberi nilai rokok ini 9.61 dari 10. Artinya, rokok ini menang pada kemasan dan harganya yang sangat terjangkau, dan rasa yang dihasilkan menurut saya sangat unggul dikelasnya. Meskipun harganya murah, akan tetapi, rasa yang dihasilkan cenderung terkesan premium dan tidak murahan.
Demikian postingan saya kali ini. Bila ada pertanyaan silahkan email saya, mention atau DM saya via Twitter di @ReviewRokok, dan hubungi saya via WhatsApp di tombol diatas. Sekian dan terima kasih.
0 Komentar