Selamat dini hari,
Sekitar sehari yang lalu, saya sudah menuliskan dua review sekaligus dan pada kesempatan kali ini juga pada akhirnya bisa menulis kembali. Kondisi badan yang kembali kurang begitu baik, dari segi fisik dan mental ini akhirnya, membuat saya mengambil jeda dan tidak bisa melakukan marathon review dalam waktu berdekatan. Sementara ini juga, kondisi pemikiran saya juga ikut terdampak banyak atas beberapa kesibukan saya, selain menulis di blog tercinta ini. Harap maklum, apabila saya mungkin kedepan bisa menghilang dalam waktu lama.
Review kali ini sebenarnya merupakan review yang terkesan eksklusif bagi beberapa kalangan. Produk yang digembor-gemborkan sebagai portofolio kuartal kedua HM Sampoerna ini, pada akhirnya saya bisa dapatkan. Bila cerita lebih jauh bagaimana saya mendapatnya, ini sebenarnya ada kaitan dengan teman saya yang sekitar tengah September lalu memiliki urusan mendadak ke kampung halamannya, Pematang Siantar.
Sementara itu juga, saya teringat bahwa distribusi Dji Sam Soe Elite konon kabarnya sudah berjalan sejak Agustus lalu. Kemudian saya mencoba menghubungi teman saya tersebut, dan kebetulan ada sekitar dua toko kelontong di dekatnya menjual 234 Elite yang semakin yakin bahwa produk tersebut sudah terdistribusi, meski hanya sekitar 2 atau 3 produk di tiap toko itu. Dan kebetulan tidak semua toko menjual, menurutnya.
Itu sekelumit cerita singkat mengapa saya bisa mendapatkan produk ini secara seksama, meski setelah saya hitung-hitung lagi ia menawarkan ke saya dengan harga titipan (bukan harga retail yang sudah ditetapkan), posisi teman saya tersebut sudah sampai ke Jakarta. Anggap saja sekaligus menolong teman, karena kebetulan juga ia teman dekat saat di kampus dahulu.
Cerita singkat namun sebenarnya tak menceritakan substansi produk tersebut, hanya sedikit menyatakan bahwa produk Dji Sam Soe Elite ini memang terbatas di wilayah Pematang Siantar dan sekitarnya (teman saya tak tahu pasti di daerah lain setelahnya, di daerah Medan dia mengatakan produk ini tak masuk). Dan jujur, setelah kepastian yang diceritakan teman saya ini, semakin membuat saya bertanya sekaligus menjawab rasa penasaran selama lebih dari 6 bulan terakhir
Info terkait Dji Sam Soe Elite secara non spesifik sudah saya dapatkan mungkin dalam waktu sekitar 7 bulan, namun secara spesifik baru bisa nyatakan info yang bersifat kabar burung oleh seseorang yang saya tak sengaja tangkap pembicaraannya di kedai kopi layaknya berikut (meskipun dalam twit ini kabarnya juga masih simpang siur):
Periode Mei hingga Agustus, bakal banyak rokok baru launching 😅😅😅😅
— Review Rokok (@ReviewRokok) April 26, 2021
Yang heboh ya bakal ada itu produk naik kelas spesifikasi jadi _____ (endingnya rancu)
Intinya Kuartal 2 ini bakal seru, pegang omongan saya deh kalau tak percaya dan jangan anggap saya kayak di GIF pic.twitter.com/SLJSRRU2Is
Kepastian terkait produk ini pada akhirnya baru terjawab sekitar bulan Juli 2021 lalu (jaraknya sekitar 3 bulan dari info simpang siur tersebut), info yang baru sebatas menggambarkan wilayah distribusi utama dan nama fitur dari produk ini. Twit tersebut bisa disimak dibawah:
Pasukan "elite" kemungkinan akan tinggal disini ternyata, saat di awal permulaannya
— Review Rokok (@ReviewRokok) July 27, 2021
Dan belum tahu kapan menyebarnya ke penjuru wilayah Nusantara
😔😔😔😔😔 pic.twitter.com/vpqqTuDcnI
Secara spesifik, saya hampir menyangka produk ini tak diluncurkan karena sebab teknis. Namun entah kabar dari pemaparan HM Sampoerna pada kisaran September kemarin semakin menguatkan asumsi saya bahwa produk ini ternyata benar ada, terlebih setelah dicek di lapangan pada tengah September itu memang sudah tersedia.
Sempat kecolongan, namun pada akhirnya saya berani mengatakan bahwa produk 234 Elite ini memang benar dan nyata diproduksi.
Setelah saya teliti ulang terkait inovasi yang ditawarkan produk ini, pada akhirnya produk ini sebenarnya mengerucut ke satu embrio produk lama yang gagal karena salah positioning launch (Sukabumi dan sekitarnya):
Dji Sam Soe (234) Plus, Teknologi Rolled Tobacco Plug, menghisap tanpa gangguan serpihan tembakau. Produk yang konon menjadi portofolio masa depan Sampoerna, diluncurkan tahun 2012
Bila kita kaji lebih jauh (meski saya tak memiliki asumsi jelas karena kurangnya informasi), kemungkinan besar kegagalan Dji Sam Soe Plus ini tak lebih karena penapis yang juga menggunakan bahan tembakau (meski saya menduga sudah dalam bentuk reconstituted tobacco paper plug, semacam filter yang dibuat dari lembaran tembakau kering yang sudah diproses mirip kertas) . Atau juga, sensasi yang dihasilkan membuat tak nyaman user yang membeli produk tersebut, sehingga gagal pada akhirnya.
HM Sampoerna pada akhirnya belajar banyak terkait kegagalan 234 Plus tersebut. Saya menduga karena rolled tobacco plug tersebut berdampak banyak pada rasa akhir dari rokok tersebut.
Dan karena keingintahuan atas SKT dengan filter mekanis ini apa masih bisa dijual atau tidak, dugaan saya terkait Tobacco Shield (TM) yang digunakan ini pada akhirnya hanya terbuat dari kertas selulosa yang juga sering digunakan pada plug wrap (kertas plug sebelum lapisan tipping filter pada sigaret mesin), dan filter mekanis non asetat ini pada akhirnya bisa diterapkan pada 234 Elite ini. Meski terlihat nanti pada bagian plug shield tersebut, terkesan dibuat manual.
Percobaan sementara di Pematang Siantar, juga ada kaitan dengan karakteristik penduduk yang menyukai tarikan berat, dan SPM atau Kretek Lokal (secara umum buatan STTC) ini menjadi raja di kawasan tersebut. Teman saya disana sampai membeli Union Soft Pack untuk dirinya sendiri, karena memang persebaran produk STTC disana sangat besar dan menjadi tuan rumah.
Fitur utama yang dijual pada produk ini ialah Tobacco Shield (TM), selanjutnya saya sebut sebagai Tobacco Shield Paper Plug. Inovasi ini memungkinkan perokok SKT menikmati hisapan khas Kretek Tangan, namun tak terganggu dengan serpihan atau daun rajangan Tembakau yang membuat ketidaknyamanan, atau membuat lidah terasa sepat ketika menghisap SKT.
Baiklah, setelah membuat penjelasan yang sebenarnya panjang, mari kita mulai review rokok ini terlebih dahulu dari harganya. Harga rokok ini memiliki harga jual Rp. 17.500,- (cukai SKT 2021 sebesar Rp. 17.550 per 12 batang). Asumsi harga jual ini memiliki nilai yang sama dengan Dji Sam Soe Kuning (Selanjutnya kita sebut sebagai Dji Sam Soe Original Premium), karena core utama blend ini ialah Dji Sam Soe Kuning.
Untuk harga sekilas memang terhitung mahal bagi sebuah SKT, layaknya Dji Sam Soe yang secara harga memang terhitung mahal, dengan kualitas racikan bermutu tinggi, dan sesuai dengan harga. Untuk harga saya asumsikan memiliki nilai 8.3 dari 10.
(Keterangan tambahan: Saat saya mendapatnya dari teman saya, dia memberi harga 20.000 terkait produk ini. Meskipun setelah saya kroscek, ternyata hitungannya ialah uang transport teman saya tersebut ketika perjalanan dari Medan ke Pematang Siantar.)
Kemudian mari kita coba review kemasan rokok ini secara seksama
Demikian postingan saya kali ini. Bila ada pertanyaan silahkan email saya, mention atau DM saya via Twitter di @ReviewRokok, dan hubungi saya via WhatsApp di tombol diatas. Jadilah perokok yang bertanggungjawab dan tercerahkan. Sekian dan terima kasih.
1 Komentar
Inovasinya Ok tapi kenapa cuma beberapa saat saja
BalasHapusPer Agustus Dji Sam Soe Elite menghilang dari Indomaret
apakah inih cuma rokok frank ajah?