Camel Mild Intense Blue, SKM LTLN Regular Pertama Di Indonesia Dengan Dual Foil System Dan Rasa Intens Berani Khas

Selamat malam,

Beberapa saat kemarin merupakan saat yang terkesan berat. Terlibat dalam sebuah pergumulan yang menjerumuskan dalam lubang yang sama, ditambah dengan adanya sedikit tugas berarti, membuat pada akhirnya tidak bisa menulis secara optimal. Terlebih, bila dihitung kembali, hutang review saya justru semakin banyak dan membeludak. Harap maklum, dan bila sekarang saya aktif di Twitter, ini juga bukan tanpa sebab. Esensi dalam Twitter sebenarnya sama dengan blog ini, namun jauh lebih mendalam meski tidak terlalu kompleks dalam memahami substansinya. 

Review kali ini sebenarnya bukanlah review untuk mencari tahu lebih dalam terkait produk ini, akan tetapi substansi utama review ini hanyalah untuk menguji produk tersebut secara keseluruhan. Pendekatan ini terkesan berbeda bila dibandingkan review penulis secara umum, terlebih kategori LTLN di Indonesia seakan mengalami penurunan yang cukup signifikan (SKT dan SKM Full Flavor masih menjadi pilihan ditengah pandemi ini). 

Alasan utama, kategori ini merupakan rokok "boros", dapat dilihat dari durasi bakar yang terhitung sempit bagi perokok yang secara umum memiliki waktu luang lebih. Sebagaimana kita ketahui, LTLN memiliki durasi yang cenderung pendek atau sempit, anggap di 8 menit sampai 13 menit. Dan sering juga ditemukan di lapangan, kategori ini biasanya dihisap dengan model chain-smoking (hisap berantai), karena kepuasan yang didapat umumnya berada pada 3 batang (asumsi 14mg Tar dan 1mg Nikotin sebagai acuan umum).

Diferensiasi pada akhirnya mulai dicoba pada kategori Kretek LTLN ini. Entah menggunakan kapsul pembantu rasa, kuantitas lebih kecil dengan harga terjangkau, bahkan sudah banyak ditemukan sensasi "Mild" yang mengacu ke turunan Full Flavor. 

Diferensiasi terakhir ini yang sekarang dicoba oleh JTI dan afiliasinya, Karyadibya Mahardika (KDM). Gimmick "Mild Intense Sensations" pada Camel Mild Intense Blue (selanjutnya bisa disebut Camel Biru atau Camel Intense) seakan membuat saya penasaran, terlebih produk ini diluncurkan Awal Oktober 2021 lalu, sebagai penantang utama dari produk HM Sampoerna yakni Magnum Mild. 

Agak mengherankan secara umum, merek LTLN hasil adaptasi brand global seakan menantang penantang lokal yang sudah lama memiliki loyalis. Tapi yang saya harus angkat topi, ini terkait dengan satu aspek seperti judul postingan ini.

Langsung saja kita review rokok ini dimulai dari harganya terlebih dahulu. Untuk harga sendiri saya mendapatkannya dengan harga Rp. 20.000,- (cukai Golongan IIA sebesar Rp. 20.425 per 16 batang). Terhitung sebagai penantang baru dalam Mild Regular yang menjual harganya diatas rata-rata harga merek LTLN terbaru secara umum. Untuk harga sendiri saya beri nilai 7.8 dari 10.

Kemudian kita coba kaji kemasan rokok ini secara seksama







Kemasan rokok ini sebenarnya terhitung menggunakan palet warna yang simpel, biru tua gradasi dan putih yang sedikit dilengkapi unsur abu-abu. Kemasan depan dan belakang merupakan gabungan dari tiga objek persegi panjang, kiri dan kanan biru tua, dan di tengah menggunakan motif gradasi antara biru tua dengan biru pastel. Anggap juga gradasi ini sebagai biru tua gradasi. Terdapat juga pattern khas Camel buatan JTI, gabungan garis yang membentuk lekukan, dan pada akhirnya membentuk tulisan CAMEL, dengan warna outline garis yakni biru tua.

 Bagian atas tengah kemasan, terdapat logo khas Camel Kretek, tertulis QUALITY KRETEK dengan tiga butir cengkeh yang bisa dianggap menggunakan cengkeh ranum pohon bermutu. Logo Camel yang digunakan sama seperti Camel Kretek secara umum, outline berwarna putih dengan bagian dalam berwarna biru, huruf A terpotong oleh logo Unta khas Camel yang sudah dimodernisasi, dilengkapi dengan emboss dan tekstur yang tak tebal. Terdapat tulisan INTENSE BLUE dengan font khas Camel, dan dibawahnya tertulis 16 MILD CIGARETTES, huruf D digantikan dengan logo Unta Khas Camel. 

Bagian samping kanan secara umum terdapat logo JTI dengan ukuran besar, logo buanglah sampah pada tempatnya, larangan jual serta barcode. Bagian samping kiri terdapat logo CAMEL INTENSE BLUE, tanpa dilengkapi emboss dengan latar biru tua, serta kadar tar dan nikotin (16mg Tar, 1mg Nikotin). Bagian atas kemasan terdapat latar gradasi yang selanjutnya ditutupi oleh pattern kurva khas Camel, dengan logo Camel menggunakan efek emboss halus. Bagian bawah terdapat logo Unta khas Camel, dan tulisan Intense Blue. Terdapat juga logo JT (Japan Tobacco), dan produk ini dibuat oleh PT Karyadibya Mahardika, Pasuruan. 

Sebenarnya, kalau melihat dari aspek kemasan luar, rokok ini bisa saja dipersepsikan sebagai rokok menthol high cooling dan kalimat pelengkap (Intense Blue). Akan tetapi, Camel pada akhirnya ingin menjual sensasi "kalem namun berani", sesuatu yang pada akhirnya bisa mengartikan makna dari Intense Blue itu sendiri. Atau bahasa lainnya, "Intense & Powerful Mild". Tak perlu diragukan, secara kemasan memang terlihat simpel nan kompleks. Untuk kemasan, anggap saja memiliki nilai 9.7 dari 10.

Lalu kita coba buka plastik dan kemasan rokok ini secara seksama


Ketika membuka bagian tutup (lid) kemasan, terlihat ada satu aspek yang saya belum pernah temukan di LTLN merek mainstream. Dual Foil System, sistem dua foil dalam satu kemasan, dan jenis foil ini secara mendasar hanya ditemukan pada kategori SKM Full Flavor, bukan LTLN. Agaknya, saya melihat dua aspek yang mendasari mengapa dua foil ini diterapkan dalam membungkus rokok ini. 

Kemungkinan pertama, untuk menjaga kesegaran (dan ini menguntungkan bagi perokok yang tak habis kemasan 16 batang dalam waktu cepat, otomatis menghemat pengeluaran). 

Kemungkinan kedua, untuk memudahkan dalam penjualan eceran. Coba lihat gambar dibawah, dan silahkan berspekulasi bahwa rokok ini sangat mudah diecer


Dual Foil Systems pada rokok ini pada akhirnya menjadi satu hal yang unik dalam dunia sigaret secara mainstream. Bayangkan, setiap foil yang ada pada kemasan bisa dikeluarkan secara utuh dan dapat disimpan pada wadah tersendiri (individual foil system, attachable). Hal ini juga mempermudah dalam penjualan eceran. Bisa dilihat gambarnya sebagaimana berikut



(tampak depan foil)


Tampak samping dan depan semakin menguatkan bahwa sistem foil individual (8 batang) ini pada akhirnya bisa dijual secara half-pack (setengah bungkus, mungkin dihargai 10.000), dan kesegaran saat proses ecer ini tetap terjamin. Ini menguntungkan bagi penjual warung itu sendiri, dan bisa saja si penjual menaruhnya dalam satu plastik tanpa perlu memikirkan rokok yang dijual tetap segar atau tidak. 

Bila kita lihat bagian pembuka foil, maka terlihat model membuka tiap foil dilakukan secara terpisah. Bisa dilihat layaknya gambar berikut


Ada yang mengatakan kepada saya, rokok ini sebenarnya menggunakan sistem foil yang diterapkan pada Apache Exclusive, produk lama yang gagal dari Karyadibya Mahardika sebelum diakuisisi oleh JTI. Jadi memang penerapannya sudah lama, tapi untuk LTLN mainstream ini pertama kalinya. 

Kemudian kita coba tarik bagian pembuka foil secara seksama


Tiap foil secara umum memiliki kuantitas 8 batang, masing-masing ada 4 buah di depan dan 4 buah di belakang. Karena ada dua foil, otomatis kuantitas total rokok ini ialah 16 batang.

Kemudian mari kita lihat batang rokok ini secara seksama


Model batang rokok ini berbeda sekilas secara panjang. Panjang rokok ini secara umum berada pada 89mm atau lebih, dan diameter sekitar 7.4mm atau lebih. Ukuran batang lebih pendek secara umum dibandingkan dengan Camel Mild lain, namun cenderung lebih padat secara konten dari batang. Bagian batasan tipping paper terdapat logo Camel berwarna biru, motif tipping paper berupa pattern berwarna abu-abu. Perforasi laser yang digunakan pada rokok ini berjumlah 2 baris, jarak antar lubang cukup jauh dan rentang antar baris sedikit lebih luas.

Kemudian kita coba rasakan rokoknya secara seksama


Ketika sebelum dibakar, rokok ini seakan mengeluarkan sensasi aromatik yang terkesan kuat, berikut manis fruity yang memang terkesan dominan dengan sentuhan rasa yang sepertinya pernah ditemukan pada salah satu merek rokok pada masa lampau. Namun ketika sudah dibakar, rokok ini mengeluarkan di awal, sensasi aromatik yang intens, dengan elemen tembakau Oriental yang sangat kental, dan sensasi fruity dengan paduan sedikit sentuhan syrup, sensasi licorice yang sangat kental, dan gabungan dried fruit serta cocoa yang membuat sensasi intense tobacco bawaan ini menjadi lebih kuat. Sensasi buah pada rokok ini masih didominasi oleh pisang yang mampu menciptakan efek aroma dan sedikit rasa creamy yang terkesan membuat tembakau pada rokok ini intens, longan untuk menciptakan efek masam khas yang dipadukan dengan leci, nangka dan sedikit unsur berry sebagai efek pengharum aroma dan memperbaiki citarasa khas Kretek Indonesia. Sensasi syrup pada rokok ini terkesan minim namun kental, entah dari madu atau maple, elemen ini seakan memberikan sentuhan mild klasik yang seringkali ditemukan di Indonesia. 

Sensasi licorice pada rokok ini sangat kental, manis gurih dan terkadang membuat mual, plus sensasi a hint of sweetness yang terkesan kentara serta memberikan sensasi mixture tembakau dengan aroma manis dan memperkuat citarasa aromatik. Untuk mendukung efek kuat ini, pada akhirnya digunakan sedikit sentuhan efek rasa bawaan kismis dan cocoa, hal ini sepertinya banyak terpengaruh dari SKM Full Flavor yang umum ditemukan di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan rasa intens secara rasa dan aroma. Cengkeh sepertinya dikadarkan menyerupai acuannya, Sampoerna. Namun cengkeh yang digunakan justru menyerupai Cengkeh Zanzibar yang digunakan 234, kuat secara aroma dan memiliki oily khas. Elemen spicy sepertinya terkesan simpel, namun berani. Penggunaan dominan kayumanis, adas manis, pekak, jintan, dan kapulaga misal, mampu menciptakan elemen spicy intens namun tetap mengikuti koridor elemen "Blue" yang ingin dijual rokok ini.

Pada blend rokok ini, seakan banyak menurunkan blend Camel SPM namun dengan kearifan lokal. Virginia khas Amerika dengan sentuhan manis dan spicy alamiah, Toasted Burley yang memiliki efek smoky, adanya tembakau Oriental luar semisal Latakia atau Izmir, elemen Madura yang menjadi ciri khas Oriental Indonesia, dan penambahan tembakau lain semisal Temanggung dan Boyolali. Virginia pada rokok ini seakan memiliki karakter kuat, namun pada nyatanya memiliki sensasi hisapan yang halus namun berkarakter manis dan mendukung elemen spicy yang ada pada rokok ini. Besar kemungkinan, Virginia yang digunakan masih diimpor, entah dari Amerika atau Zimbabwe. Hal ini juga didukung dengan karakter smoky kuat, dan karakter smoky nan pedas ini juga menunjang elemen spicy dan cocoa dalam menjalankan tugasnya sebagai penguat rasa. Tergambar elemen smoky sangat menunjang karakter aromatik yang ingin dijual pada rokok ini. Dan sebagai penutup namun nilai jual utama, gabungan unsur Tembakau Oriental luar semisal Latakia atau Izmir yang memiliki karakter sangat kuat ini dipadukan dengan Madura yang sama kuatnya namun lebih halus, dan beberapa jenis krosok khas Indonesia semisal Temanggung atau Boyolali. 

Karakter ini pada akhirnya membuat saya kagum, memiliki citarasa khas Starmild yang halus dan kental akan unsur Virginia dan Burley, namun disatu sisi blend rokok ini menurunkan dari acuan, yakni Dji Sam Soe Magnum Mild, dengan catatan elemen tembakau yang lebih kuat dan lebih berani. Agaknya, saya harus mengakui bahwa rokok ini sejatinya ialah Magnum Blue yang dahulu diproduksi, dengan sentuhan Oriental lebih kuat dan intense. Blend yang ditawarkan cenderung balance, meski mengarah besar ke arah Oriental, secara taraf earthy terkesan nyata, kuat akan sensasi tembakau berkualitas yang ditanam di tanah kaya zat hara.

Dikeluarkan lewat hidung, rokok ini menawarkan sensasi nutty halus aromatik, dengan elemen smoky dari Burley dan sensasi pedas manis dari Virginia dan Cengkeh bawaan. Tarikan terkesan halus, namun pada exhale cenderung terkesan meninggalkan aroma kuat. Tidak begitu solid, namun terkesan kuat secara karakter hisapan bawaan. Harshness terkesan cukup kuat, kental dengan unsur menggelitik namun cepat berlalu sedemikian rupa. Throat hit terkesan halus, meski pada akhirnya ada unsur yang seakan membuat tenggorokan tak nyaman. Namun pengalaman sejauh ini, efeknya hanya sementara. 

Durasi bakar dari rokok ini sekitar 10-12 menit (saya mendapatkan angka sekitar 11 menit), dengan aftertaste memiliki sensasi nutty yang sangat intens hingga meninggalkan kesan kuat secara aroma. Bahkan meski hanya menghisap sekali saja, intensitas nutty pada rokok ini sangat tebal. Elemen lain yang tergambar ialah efek smoky halus, sensasi manis khas licorice yang bertahan lama, dan karakter aroma mixture yang sedikit meninggalkan sensasi pahit di lidah. 

Kelemahan rokok ini secara umum ialah, sensasi rokok ini akan mulai melemah pada akhir bakaran, ketika mendekati batasan tipping paper akan membuat jari panas dan bibirpun serupa. Kelemahan lain terletak pada aroma, aroma rokok ini menurut saya sangat berbeda dengan LTLN umumnya. Sangat kuat, ini mungkin karena efek Tembakau Oriental yang begitu tajam, sampai baju terasa apek setelah merokok ini. Kelemahan terakhir ini terkadang bukanlah masalah bagi sebagian orang, namun bagi kawula muda, terkadang ini jadi masalah tersendiri.

Impresi saya terkait rokok ini harus saya akui, hampir menyerupai rokok favorit saya dahulu. Yakni Magnum Blue (bukan Magnum Mild), dengan catatan sensasi ini memiliki fusion dengan Starmild, bahkan aspek aroma ini justru banyak menurunkan karakter 234 Kretek secara umum. Tentunya bukan Magnum secara harfiah. Bila pada akhirnya saya harus berkata bagaimana rokok ini, rokok ini termasuk baik dalam hitungan LTLN. 

Untuk rasa sendiri saya beri nilai 9.24 dari 10.

KESIMPULAN

Rokok ini secara umum menawarkan sensasi intens yang justru bukan dari rasa, akan tetapi dari karakteristik hisapan dan aroma yang sangat kental dengan nutty Oriental khas Camel. Entah ini mungkin juga bisa disebut sebagai "Camel (Mild Kretek) Yellow", entah mungkin bisa saja saya menggunakan tendensi layaknya kata diatas. Hisapan dengan sensasi aroma dan aftertaste yang kuat bahkan sangat intens, membuat impresi saya terkait rokok ini mengatakan "Hampir serupa seperti mantan lama!" Namun ini kembali lagi tergantung Anda ketika merasakan rokok ini secara umum. 

Kelemahan secara umum sudah dijelaskan ialah sensasi mulai melemah pada akhir bakaran, sensasi panas ketika bakaran mendekati batasan tipping paper, dan aroma yang cenderung sangat kuat untuk hitungan LTLN. Ada satu kelemahan yang juga terlihat namun tak dijelaskan di bagian kelemahan, cepat habis. Sekilas namanya juga LTLN, kalau lama habisnya itu pasti bukan LTLN.

Untuk distribusi sendiri, saya mendapatkan info bahwa sejauh ini kawasan Jabodetabek (Kecuali Bogor) dan Yogyakarta sudah bisa ditemukan di warung dan bisa dibeli eceran dengan harga Rp. 1.500 per batang. Untuk info wilayah lain, atau untuk mempermudah pembelian, rokok ini secara umum sudah bisa ditemukan di minimarket di kawasan Jawa dan Sumatera (distribusi utama tetap di Indomaret dan Alfamart). Wilayah lain atau distribusi lain konon menyusul.

Sekilas, pada akhirnya nilai keseluruhan rokok ini berada pada 8.91 dari 10. Keunggulan rokok ini secara mutlak pada kemasan dan rasa yang memang sesuai dengan karakteristik saya. Namun kelemahan secara umum tetap pada harga (meskipun sudah bisa diecer). 

Nilai ini jangan menjadi patokan utama, jangan jadikan acuan utama dalam membeli. Pilihan ada di tangan Anda, karena Anda pada akhirnya yang memutuskan.

Demikian postingan saya kali ini. Bila ada pertanyaan silahkan email saya, mention atau DM saya via Twitter di @ReviewRokok, dan hubungi saya via WhatsApp di tombol diatasJadilah perokok yang bertanggungjawab dan tercerahkan. Sekian dan terima kasih.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. rokok ini baru2 aja diiklanin lho... dan saya jg baru nemu di ****mart. Justru saya tertarik karena harganya teramat murah krn rata2 harga rokok 16 batang (brand terkenal) udah di atas 27 rb/bungkus

    BalasHapus