Selamat malam,
Terhitung satu bulan lebih mungkin saya tidak menuliskan postingan di blog tercinta ini. Mungkin banyak pergumulan yang saya lalui sehingga baru bisa menulis, yang menurut saya pergumulan ini tentunya sangat menyiksa baik lahir maupun batin. Terhitung hari ini juga, ada kemungkinan marathon review akan dilakukan di tiap harinya. Jadi jangan kaget pada beberapa pekan akhir Agustus ini akan banyak tulisan yang tentunya bisa menjadi referensi Anda dalam memilih produk rokok tembakau di Indonesia. Harap maklum.
Review kali ini ialah review yang sebenarnya dinantikan oleh banyak kalangan, terutama kalangan non Jabodetabek yang terlihat sangat antusias terkait rokok ini. Sukun Executive, atau lazim disebut sebagai Sukun Putih, merupakan produk yang memiliki banyak fanatik pada wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rokok ini seperti judul dari post ini, merupakan rokok dengan satu hal unik, yakni sensasi crossover antara aliran Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk ini akan saya bahas pada pembahasan rasa mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Tanpa panjang lebar dan demi efisensi waktu penulis, langsung saya mulai review rokok ini dari harganya terlebih dahulu. Untuk rokok ini saya dapatkan dengan harga Rp. 12.000,- (banyak kerabat mengatakan harga asli rokok ini ialah Rp. 15.000,-, cukai 2021 golongan IIA sebesar Rp. 15.325), dengan kuantitas isi sesuai judul, yakni 12 batang. Rokok ini saya dapatkan di sebuah warung di Kecamatan Pulogadung, Jakarta sebagai info saja. Mungkin harga ini saya anggap sebagai harga perkenalan di DKI Jakarta yang memang termasuk area wilayah PR Sukun terbaru di Indonesia.
Untuk harga sendiri, saya anggap terhitung murah, saya beri nilai 9.5 dari 10.
Kemudian kita coba review kemasan rokok ini dengan seksama
Kemasan rokok ini terlihat sangat simpel, dan tidak terlalu bermain dengan banyak warna. Hanya menggunakan warna merah, biru tua, dan sedikit unsur hitam. Bagian depan dan belakang kemasan terdapat tulisan SUKUN dengan model Serif dengan unsur melebar. Bagian tulisan SUKUN menggunakan warna merah, dengan outline berwarna hitam, dan dilengkapi dengan emboss halus untuk memperkuat kesan tulisan. Bagian bawah terdapat tulisan Executive, font handwritten dengan unsur klasik berwarna merah. Bagian bawah terdapat sebuah objek dari gabungan dua jajar genjang vertikal berwarna biru tua dan merah tua. Kedua jajar genjang tersebut membentuk satu emblem yang menyatakan bahwa rokok ini merupakan rokok dengan ciri khas modern. Di bagian bawah terdapat tulisan 12 SKM, penanda cukai dari rokok ini ialah SKM.
Bagian kanan atas terdapat logo penanda buatan PR Sukun, Terdapat lingkaran bertuliskan BUATAN ASLI INDONESIA, dengan di bagian tengahnya logp PR Sukun, yakni buah Sukun dengan adanya segitiga terbalik di bagian bawahnya. Terdapat larangan jual, logo Sukun Executive dengan adanya garis merah tua di atas dan biru tua di bagian bawah, dan barcode. Bagian kiri kemasan terdapat anjuran dari Kemenkes yang termasuk jarang digunakan, yakni Tidak ada batasan aman dan mengandung lebih dari 4000 zat berbahaya. Bagian bawahnya terdapat logo Sukun Executive kembali. Dan di bagian kiri akhir terdapat kadar tar serta nikotin, yakni 29mg Tar dan 1.6mg Nikotin. Bagian atas terdapat logo Sukun Executive, dan bagian bawah terdapat nama produsen rokok ini yakni PR Sukun.
Kode produksi rokok ini saya dapatkan dengan angka 280757, ada kemungkinan rokok ini saya dapatkan dalam produksi 28 Mei (280(7)5(7)) atau 28 Juli, sesuai urutan. Hanya pihak PR Sukun saja yang menurut saya bisa menerjemahkannya lebih tepat.
Untuk kemasan terlihat simpel, dan sayangnya terkesan seperti rokok kelas murah. Namun tetap, ada hal yang unik, jadi saya beri nilai 8.3 dari 10
Baiklah kita buka plastiknya dan kemasannya secara seksama
Inner hinge lid pada rokok ini terdapat logo "Buang Sampah Pada Tempatnya" dalam bentuk simbol. Bagian inner frame menggunakan warna silver, berikut foil pada rokok ini menggunakan warna silver juga. Motif foil terkesan menggunakan pattern dot regular, layaknya rokok SKM Golongan IIA secara umum.
Kemudian kita coba tarik bagian foil rokok ini
Bagian dalam terkesan cukup menarik. Batang berwarna putih, layaknya rokok LTLN yang mencerminkan modernitas. Susunan batang ialah 6 di depan dan 6 di belakang, dengan kuantitas isi 12 batang.
Mari kita coba kaji bagian batang rokok ini dengan seksama
Karena ada kesalahan pada pencahayaan, untuk pertama-tama saya meminta maaf apabila batang rokok terkesan biru. Batang rokok ini memiliki diameter 7.8mm dengan panjang 89mm atau lebih. Bagian burning area terdapat tulisan SUKUN EXECUTIVE, dengan pemodelan tulisan mirip seperti pada kasus Djarum Super. Bagian batang terdapat batasan bakaran berwarna silver dengan garis merah di bagian tengah. Terkesan mirip dengan Wismilak Diplomat Hitam, bahkan saya menyangka di awal ini memang merupakan rokok yang terinspirasi dari Wismilak Diplomat. Bagian filter terkesan cukup firm, meskipun bila dipegang agak terasa sedikit keras.
Kemudian kita coba rasakan rokok ini secara seksama
Ketika sebelum dibakar, rokok ini seakan mengeluarkan sekelompok fruity note yang mengarah ke satu pabrik rokok lama, Wismilak. Dengan tambahan note licorice yang cukup kental dan kesan yang ditawarkan tidak selegit Wismilak (acuan Wismilak Diplomat. Namun ketika dibakar, rokok ini seakan mengeluarkan sensasi spicy yang sangat kuat, kesan aromatik yang sangat besar, namun dengan elemen fruity yang terkesan kering namun memiliki citarasa yang legit. Dan sebagai tambahan, terdapat unsur essential oil yang biasa digunakan pada produk Djarum. Note utama rokok ini terletak pada unsur blueberry, nangka, ceri, dan nanas. Tambahan lain ialah leci dan sedikit cempedak.
Blueberry yang ditawarkan termasuk manis dari segi aroma, tapi seakan aroma ini terkesan tidak begitu lengket, terkesan memiliki asam segar namun tidak begitu intens. Nangka mendominasi pada tiap hisapan yang membuat rokok ini memiliki style yang bisa menggambarkan bahwa rokok ini merupakan rokok kretek sejati, manis dengan unsur kematangan yang pekat. Ceri dan nanas sepertinya digunakan untuk membentuk citarasa sesuai acuan rokok ini, yakni Wismilak Diplomat. Masih didominasi oleh segi nanas, ceri yang ditawarkan sangat tipis, namun asam pada rokok ini sangat kental pada nanas.
Tambahan lain ialah leci dan cempedak dimaksudkan untuk menciptakan kesan rasa kretek yang lebih nyata, dan tidak asal saus saja. Sensasi ini didukung dengan adanya unsur peppermint oil dan rosemary oil, kesan oily yang biasa ditemui pada produk Djarum. Dan licorice dimaksudkan untuk menciptakan karakter manis khas kretek yang melegenda khas Indonesia. Sensasi spicy pada rokok ini terkesan sangat kuat, bahkan bisa saya bilang sangat pepperish. Bisa dikatakan unsur kayumanis, pekak, kapulaga, dan adas manis sangat tergambar pada rokok ini, dengan adanya cengkeh yang menurut saya ranum pada posisi optimum. Terkesan kuat, intens, di beberapa awal hisapan hampir membuat lidah mati rasa, namun terkesan baik. Sensasi warming terkesan halus, meskipun spicy pada rokok ini sangat intens, jatuhnya spicy pada rokok ini hanya menang di hentakan, bukan durasi intensitas.
Blend pada rokok ini keseluruhan memiliki karakter Oriental Krosok yang halus, dengan sedikit kemungkinan ada penambahan Tembakau Virginia untuk memperhalus rasa sehingga Kadar Tar bisa menurun. Aroma Tembakau yang dihasilkan termasuk kuat, kaya akan rasa, dengan unsur spicy alamiah yang kuat dan terkesan baik. Tembakau Virginia mungkin saja digunakan, dalam hal membentuk karakter rokok modern yang dinamis namun kaya rasa dengan adanya sensasi gula alamiah.
Krosok yang digunakan sangat kental dengan unsur Tembakau Madura, Temanggung, Boyolali, Paiton, dan saya mendeteksi penggunaan Tembakau Srintil pada rokok ini, sehingga mungkin di awal saya menyangka pedas dan sensasi aroma yang kuat ini hanya dari saus saja. Terkesan balance secara blend, earthy secara aroma dan rasa, terkesan tembakau yang digunakan berasal dari panen terbaik. Penambahan Srintil saya rasa meski hanya dibawah 5%, sangat menolong untuk segi sensasi strong nan spicy khas dari Sukun itu sendiri.
Bila dikeluarkan lewat hidung, rokok ini terkesan memiliki aroma fruity kuat, aroma kental licorice, dan nutty yang terkesan halus. Tarikan terkesan kuat, namun memiliki karakter yang cenderung lebih mild, solid secara hisapan namun mudah untuk diuraikan. Harshness terkesan kental, ada karakter asap yang menggelitik dan terkesan membuat tenggorokan serak. Throat hit terkesan halus, meskipun intensitas spicy yang ditawarkan termasuk kuat, akan tetapi rokok ini menawarkan sensasi menusuk yang terkesan halus dan tanpa rasa menyiksa sekalipun.
Durasi bakar rokok ini sekitar 17-18 menit, dan kembali lagi saya katakan bahwa durasi ini tergantung bagaimana cara Anda menghisapnya, bagaimana situasi dan kondisi ketika menghisap, dan lingkungan ketika sedang merokok. Aftertaste yang ditawarkan termasuk berkelas, unsur sedikit blueberry yang halus, kental dengan unsur nanas dan ceri, ada satu hal masam dari leci yang berkesan baik, sensasi manis khas licorice yang sedikit salty dan intens, sensasi nutty halus yang terkesan baik beserta efek smoky halus, dan efek lidah yang terkesan sedikit mati rasa ketika menghisap rokok ini.
Kelemahan rokok ini sebenarnya simpel, di tiap batang rokok kadang menawarkan sensasi intensitas yang berbeda, dan juga ketika mendekati batasan tipping paper, rokok ini seakan panas di jari ketika merokok, dan ada sedikit sensasi panas yang cukup terasa sebagai efek filter yang firm namun tidak solid setelah dimulai hisapan hingga pada akhir bakaran. Anggap saja karena memang rokok ini terhitung sebagai rokok yang terjangkau, kelemahan ini terkesan umum namun terkesan lebih baik bila dibandingkan dengan rokok lain yang memiliki harga serupa.
Fusion dari Djarum dan Wismilak pada akhirnya membuat saya berpikir ulang bahwa rokok dengan merek yang kurang terkenal di daerahnya, ternyata memiliki citarasa dan karakteristik unik dan berbeda dibandingkan merek yang sudah mempunyai nama di daerahnya. Sensasi oily nan spicy beserta penambahan Srintil merupakan citarasa yang memang menjadi ciri khas dari Djarum, sedang sensasi fruity berkelas yang tidak menggunakan Raspberry (melainkan Blueberry) merupakan unsur utama dari beberapa produk utama Wismilak. Anggap saja rokok ini berhasil menjadi crossover dari dua pabrik tua yang berada di wilayah berbeda, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. Termasuk menarik dari segi rasa dan karakter, dan terus terang saya termasuk nyaman meski sensasi pedasnya terhitung melebihi batas rokok sejenis.
Untuk rasa saya beri nilai 8.95 dari 10.
KESIMPULAN
Rokok ini seakan merupakan produk andalan utama Sukun yang umumnya dikonsumsi, dan dengan melihat aspek harga dan rasa crossover dari dua pabrikan utama tua, membuat citarasa rokok ini seakan belajar dari kedua aspek yang dimiliki oleh pabrik tua tersebut. Djarum dengan srintil dan oily khas, sedang Wismilak pada note fruity yang tak lazim di kelasnya. Hanya saja, kelemahan cenderung pada bakaran yang tidak begitu baik menuju batasan tipping paper, cenderung panas dan terkesan kurang baik di jari. Meski saya anggap kelemahan ini memang sudah lazim pada rokok di kelasnya tersebut.
Untuk distribusi, sebenarnya selain wilayah Jabodetabek dan beberapa wilayah Banten dan Jawa Barat, rokok ini terhitung sangat mudah untuk ditemukan. Banyak pembeli rokok sudah berlangganan untuk memilih produk ini di warung atau toko kelontong, dan banyak kasus rokok ini sudah masuk taraf rokok eceran setempat. Namun seperti halnya Jabodetabek, rokok ini termasuk sulit ditemukan, mengingat PR Sukun terhitung baru masuk di DKI Jakarta sekitar satu tahun lalu, dengan jumlah wilayah distribusi di DKI Jakarta yang masih terbatas. Anggap dari 5 Kecamatan, rokok Sukun ini hanya baru masuk di 2 atau 3 wilayah Kecamatan saja. Mungkin seiring waktu, produk PR Sukun pada akhirnya bisa dikenal banyak oleh masyarakat DKI Jakarta yang berpegang teguh pada produk Gudang Garam dan Sampoerna.
Nilai overall yang didapatkan pada rokok ini ialah 8.91 dari 10. Rokok ini jelas pada citarasa dan kemasannya terhitung unggul dan termasuk khas, bahkan bisa menjadi substitusi Wismilak Diplomat yang saat ini menyentuh Rp. 20.000 per bungkus. Namun kembali lagi, kemasan rokok ini terkesan murah dan kurang menjual, sehingga angka overall 9 belum bisa tercapat.
Bila saya merekomendasikannya? Tentu jelas, karena citarasa ini memang agak termasuk langka untuk pasaran rokok SKM Mainstream di Indonesia, dengan catatan Anda bukan perokok LTLN ataupun perokok yang secara umum mengarah ke aliran Kediri (re: Gudang Garam). Dan satu hal, bila Anda merupakan pengeksplor rasa, menurut saya rokok ini layak dicoba, dengan catatan Anda sudah terbiasa dengan rokok kelas II.
Rekomendasi ini tergantung Anda, karena Anda yang memutuskan, bukan saya sebagai penulis.
Demikian postingan saya kali ini. Bila ada pertanyaan silahkan email saya, mention atau DM saya via Twitter di @ReviewRokok, dan hubungi saya via WhatsApp di tombol diatas. Jadilah perokok yang bertanggungjawab dan tercerahkan. Sekian dan terima kasih.
0 Komentar