Selamat siang,
Mempertanyakan dan menanyakan kembali atas sesuatu yang pada dasarnya menjadi rumit untuk dibahas, itulah sebenarnya jalan pikiran yang ada dalam pikiran saya. Tampak bahwa model dan cara berpikir saya sebenarnya perlu untuk diubah, dengan kata lain bahwa adanya upaya untuk menjadi lebih baik, merupakan kunci utama dari bagaimana proses berpikir yang lebih efisien. Meskipun memang, setidaknya ada satu dorongan yang membuat hal itu semua terjadi. Harap maklum sekali lagi.
Ulasan kali ini akan membahas terkait dengan salah satu produk terbaru dari PT Djarum, yang sudah hadir terhitung bulan Februari 2025 ini. Produk tersebut kemudian mengusung dua fitur unggulan yang pada dasarnya tidak lumrah untuk sebuah SKT dengan harga murah; yakni sensasi tembakau Srintil dalam racikan; dan harga yang sangat murah. Produk tersebut kemudian dijual secara nasional, dan pada akhirnya bisa menjadi "ban serep" dari PT Djarum dalam menanggapi kenaikan cukai yang tidak manusiawi tersebut. Produk ini kemudian bisa disebut sebagai Djarum Safari, bisa juga kemudian disebut sebagai Djarum Hijau, atau singkat saja bisa disebut sebagai Safari. Sebagai sebuah produk yang sudah hadir pada tahun 1980 hingga 1990-an, produk ini sebenarnya merupakan lini SKT dari Djarum Super yang sudah melegenda secara rasa dan aroma. Produk ini juga konon diekspor ke Amerika Serikat pada masanya, dengan model Class B Cigarettes Kretek. Adapun bahwa rokok ini kemudian menghilang setelah era tersebut namun hadir kembali, kemudian menjadi pertanyaan besar: mengapa kemudian produk yang lama kemudian diluncurkan kembali?
Tampaknya bahwa Djarum Safari yang kita kenal, merupakan produk value for money pertama yang dibuat oleh PT Djarum, dengan tujuan untuk menjaga volume produksi dari fasilitas SKT yang ada di Kudus (ataupun fasilitas di luar Kudus) agar tetap bisa seimbang. Produk yang konon merupakan perwujudan dari versi ringan Djarum Coklat tersebut, kemudian ditujukkan untuk melawan dinasti dari HM Sampoerna dan Wismilak, yang secara penuh menguasai penjualan SKT belakangan ini. Tampaknya juga, bahwa harga jual yang jauh lebih sederhana, kemudian membuat produk ini layak untuk masuk kategori Value For Money. Mengapa? Karena Djarum Safari mungkin merupakan satu-satunya produk yang (secara langsung) menyertakan Srintil sebagai nilai jualnya, meski kemudian bahwa Djarum 76, Coklat, dan Istimewa menggunakan juga model tembakau Srintil dalam racikannya. Penggunaan aroma Srintil yang terkenal fermented dan juga memiliki unsur solid khas yang lembut, serta kaya akan unsur nikotin tentu menjadi sebuah nilai jual yang pada akhirnya bisa menolong dari penjualan PT Djarum itu sendiri.
Produk ini secara langsung memiliki kompetitor utama, yang juga bermain di SKT Low to Medium Flavor, yakni Sampoerna Prima Go dan juga Magnum Kretek; serta untuk Wismilak yakni Wismilak Special, Wismilak Arja, dan Wismilak Satya. Hanya saja, bahwa keunggulan dari kompetitor hanya sekedar pada harganya saja, namun tidak memiliki unsur Tembakau Srintil gunung yang membuat racikan pada rokok ini menjadi lebih solid dan mantap. Dan sekilas info saja, untuk mendapatkan model Srintil yang layak untuk dijadikan racikan, butuh pemeraman secara spontan (dengan bantuan fungi dan bakteri) selama lebih dari 1 tahun, dan pada dasarnya bahwa untuk mendapatkan Srintil itu sendiri memerlukan "sebuah keajaiban" yang terkadang di luar nalar manusia secara penuh. Meskipun kemudian proses tersebut bisa dicapai dengan proses aging dengan bantuan gula, namun Srintil alami tidak menggunakan gula sebagai katalis dalam proses produksinya. Hampir sama dengan model Tembakau Perique yang dijual di Amerika Serikat, warna tembakau Srintil umumnya memiliki tekstur gelap, aroma yang kental dan kuat, dan memiliki kepekatan warna dan juga rasa yang menonjol. Itulah mengapa bahwa PT Djarum bahkan berani mengusung model Srintil pada racikan yang memiliki cost production lebih murah.
Baiklah, itu sedikit pengantar bagaimana produk tersebut harus dimaknai secara utuh. Langsung saja kita mulai ulasan produk ini dimulai dari harganya terlebih dahulu. Untuk harga rokok ini, baik di minimarket maupun di warung, rokok ini secara umum dijual dengan harga Rp. 14.000,- untuk kuantitas 12 batang (cukai golongan IA pada tahun 2025 sebesar Rp. 18.675 per 12 batang). Adapun bahwa selisih dari cukai yang tampak lebih mahal, pada umumnya terjadi karena produk tersebut masih mendapat subsidi silang dari produk yang mendekati harga pita cukai. Dan tentunya, bahwa sebenarnya produk ini termasuk dalam kategori Value For Money yang membuatnya memiliki harga jual yang, bahkan termasuk sangat murah.
Untuk harga sendiri, saya beri nilai 10 dari 10.
Kemudian kita coba kaji kemasannya secara saksama dan perlahan
Pada saat proses pembakaran belum berlangsung, sensasi rasa khas yang kemudian muncul yakni merupakan gabungan dari maple essences yang tercampur baik dengan unsur salak, plum, dan nanas; dan kemudian dipadukan secara baik dengan unsur honey; serta dilengkapi dengan sedikit rasa rempah yang membuat sensasi rasa khas menjadi lebih solid. Tampaknya bahwa sensasi rasa khas yang kemudian muncul memiliki keseragaman dengan model SKT dari PT Djarum secara umum, hanya saja bahwa intensitas rasa salak dan plum yang kemudian muncul, tampaknya tidak didukung dengan sentuhan ceri dan juga buah lain yang umum ditemukan pada model SKT buatan PT Djarum. Tentunya bahwa, sensasi rasa manis khas yang kemudian muncul, tidak sekuat dari model SKT Premium buatan PT Djarum yang terkenal kental dengan aroma asam jawa dan aroma nangka. Meskipun kemudian pada produk ini, tampaknya bahwa sensasi rasa khas dari asam jawa dan nangka sedikit muncul, namun bahwa penekanan aroma khas yang terlihat, tampaknya tidak begitu kental. Sentuhan rasa khas Srintil dari Temanggung juga muncul dengan penekanan aroma khas fermented yang tebal, lengkap dengan aroma tembakau pendukung semisal Temanggung Lamsie, Pakpie, Boyolali, Paiton, dan beberapa tembakau asal kepulauan Jawa secara penuh.
Pada saat proses pembakaran berlangsung, aroma khas dari perpaduan rempah yang sangat solid dan elemen buah yang terkesan tidak begitu dominan menjadi pembentuk citarasa khas dari model SKT value for money yang tidak bisa dianggap remeh. Model rasa khas PT Djarum yang melegenda dengan unsur salak dan nangka kemudian muncul dengan penekanan aroma buah yang lebih ringan, dengan adanya paduan citarasa khas spicy yang dominan dari ekstrak rempah pilihan. Tampaknya bahwa model khas yang kemudian muncul sedikit tidak semanis dari apa yang dibayangkan sepenuhnya, dengan model rasa asam khas dari ceri yang tidak dominan, berikut dengan sensasi khas dari esens Madura dan Havana, yang pada akhirnya ditunjang baik dengan penekanan aroma plum dan nanas yang tidak begitu kental. Tampaknya juga, bahwa model aroma dominan masih berada pada rempah dan tembakau, dengan adanya unsur rempah dominan kayumanis, pekak, kapulaga, adas manis, jintan, dan daun salam; yang ditutup dengan sensasi andaliman yang tidak begitu pekat. Rempah lain juga nampak pada saat proses pembakaran, dengan unsur khas harum floral dari klembak, kemukus, dan juga resinoid untuk memperkuat elemen harum khas yang tampak tebal. Intensitas aroma honey menjadi salah satu kunci penting dalam menciptakan aroma segar manis yang tampaknya sulit untuk ditiru, dengan penekanan aroma yang tampak netral dan tidak memiliki kehangatan yang mendalam.
Elemen tembakau yang tampak sangat halus dan juga memiliki intensitas aroma spicy-woody yang dominan, dengan efek khas cocoa yang sedikit fermented, menjadi penting dalam penyusun tembakau utama pada rokok ini. Didominasi dengan aroma khas tembakau Temanggung yang terkenal kaya akan unsur zat hara dan memiliki elemen nikotin yang tebal, ditambah dengan elemen khas Srintil yang terkenal memiliki aroma yang pekat namun sangat halus, dan dipadukan dengan racikan beberapa tembakau khas Djarum yakni Lamsie, Pakpie, Boyolali, dan juga Paiton; namun sensasi khas Madura tampak dominan pada saat proses pembakaran mendekati setengah batang. Tampaknya bahwa model hisapan pada rokok ini menggunakan efek cengkeh khas Manado yang memiliki aroma khas woody yang sangat halus, dengan aroma yang tampak netral untuk sebuah produk dari PT Djarum. Srintil gunung menjadi kunci utama dari penjualan rokok ini, dengan penekanan aroma yang tampak tebal, memiliki efek fermented dan spicy yang tidak begitu solid, namun memiliki penekanan aroma yang sangat kaya dan kental dengan proses fermentasi tinggi gula.
Dikeluarkan melalui hidung, aroma khas dari tembakau dengan kaya unsur woody dan nutty halus berpadu baik dengan unsur aroma spicy khas yang tampaknya sangat ramah di tenggorokan. Adapun sensasi aroma khas yang menonjol kemudian berada pada penekanan aroma khas Temanggung yang menonjolkan dirinya dalam grade menengah, yang pada dasarnya bahwa Djarum Safari itu sendiri memiliki aroma khas Srintil pilihan dengan proses fermentasi yang lama. Tarikan tampak ringan untuk sebuah model Kretek Tangan, dengan penekanan asap yang tampak sangat halus dan lembut, namun memiliki penekanan efek asap yang sangat solid dan padat. Efek kepulan tampak dengan penekanan aroma yang sangat ringan, namun tetap menonjolkan dimensi rasa solid yang umum ditemukan pada produk buatan PT Djarum secara umum. Meskipun kemudian rokok ini sedikit meninggalkan kesan harshness yang tidak signifikan, akan tetapi sensasi spicy-fermented bawaan kemudian menciptakan elemen khas yang pada akhirnya menggabungkan elemen hisapan yang solid namun tetap halus di tenggorokan. Efek throat hit tampak muncul dengan penekanan sensasi yang tidak begitu tajam, lengkap dengan penekanan hisapan yang ramah untuk tenggorokan (bahkan posisi saya sedang sakit, sebenarnya).
Elemen tembakau tampak tidak memiliki sensasi pahit yang signifikan, bahkan cenderung meninggalkan kesan asam kecut dan unsur leafy khas di lidah, dengan aroma toasty khas yang kemudian meninggalkan kesan akhir yang sebenarnya sangat memanjakan lidah dan tenggorokan. Tampaknya juga bahwa model hisapan meninggalkan kesan khas nutty yang tidak begitu dominan, namun sedikit kental dengan unsur asam buah yang kemudian meninggalkan kesan manis-asam yang sangat dominan. Durasi bakar dari rokok ini mencapai 19 hingga 21 menit, dengan total durasi bakaran yang kemudian muncul berada pada tingkatan yang cukup lama untuk sebuah Kretek Tangan, yakni 20 menit. Adapun bahwa proses bakaran sangat tergantung dari kepadatan lintingan, situasi dan kondisi kala menghisap, faktor cuaca kala Anda menghisap, dan faktor lain yang sekiranya berkaitan dengan proses pembakaran. Aftertaste bawaan dari rokok ini meninggalkan kesan dominan pada unsur asam dari plum dan nanas, dengan penekanan aroma khas madu yang tampak terkaramelisasi dengan baik, didukung dengan adanya elemen spicy halus dan rasa sepat dari penggunaan rempah dan juga andaliman khas, yang menciptakan efek hisapan yang manis-asam-segar khas.
Tampaknya bahwa kelemahan rokok ini adalah, mengingat bahwa rokok ini merupakan versi budget dari SKT buatan PT Djarum secara penuh, maka sensasi rasa asam-manis yang kemudian muncul secara dominan tidak tersampaikan secara baik untuk sensasi tersebut. Adapun bahwa sensasi rasa khas dari Srintil kemudian meninggalkan kesan aroma yang sangat kental, meskipun sebenarnya memiliki aroma yang sedikit lebih ringan ketimbang produk SKT buatan PT Djarum secara penuh. Dan juga, sensasi rasa khas yang kemudian menonjol pada produk premiumnya, tampak tidak tersampaikan dengan baik dan juga meninggalkan kesan yang "basah" untuk sebuah model SKT. Model citarasa khas yang sebenarnya sudah terbentuk dengan baik pada akhirnya, dan sebenarnya untuk sebuah model Value For Money, rokok ini sudah bisa menjadi opsi yang pada akhirnya sangat baik. Meskipun bahwa rokok ini merupakan rokok murah, pada akhirnya. Tampak cukup premium, namun bahwa perlu sedikit setelan yang paling tidak, membuat sensasi rasa bawaan menjadi lebih mantap, seperti klaim yang ada di iklannya.
Untuk rasa sendiri, saya beri nilai 9.2 dari 10.
KESIMPULAN
Citarasa khas yang tampak lebih ringan dan kurang beraroma kental, itulah model dari SKT terbaru buatan PT Djarum ini. Djarum Safari merupakan model value for money yang memang dibuat untuk menjaga volume produksi tetap terjaga, dengan adanya beberapa bahan utama yang dikurangi demi menekan produksi tetap murah. Meskipun bahwa harga rokok ini sangat murah, akan tetapi sensasi khas yang dijual oleh rokok ini tetap memiliki elemen rasa yang sangat baik, meskipun tidak sekompleks dari model SKT buatan PT Djarum pada umumnya. Lebih sederhana dan juga lebih baik, dengan penekanan aroma yang sebenarnya hampir sama dengan versi premiumnya. Kelemahan hanya tampak dari segi penekanan aroma yang kurang kompleks dan kurangnya tersampaikan rasa utama secara penuh, masih kaya dengan unsur saus khas. Akan tetapi, bahwa citarasa rokok ini memang lebih mantap, mungkin bisa dibilang iya. Dengan catatan, komparasi utama pada produk Sampoerna Prima Go ataupun Magnum Kretek bisa menjadi kompetitor utamanya.
Distribusi rokok ini pada dasarnya bisa ditemukan secara nasional, dengan catatan bahwa rokok ini merupakan model kelas tiga dari PT Djarum yang bisa saja harganya naik di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bahwa Anda bisa menemukan rokok ini di berbagai tempat di penjuru Nusantara. Misalkan saja warung, toko kelontong, bahkan minimarket ataupun supermarket. Rokok ini kemudian menawarkan harga yang lebih murah, namun dengan rasa yang sebenarnya cukup pantas (bahkan sangat baik) untuk sebuah model kretek tangan. Apakah kemudian rokok ini bisa diecer? Tentunya kemungkinan besar bisa dijual dengan harga 1.500 per batang, meskipun bahwa secara regulasi, eceran sudah dilarang secara penuh.
Nilai keseluruhan rokok ini yakni 9.4 dari 10. Artinya bahwa rokok ini sebenarnya cukup memiliki keunggulan yang rata untuk sebuah produk baru, dengan harga jual yang sebenarnya murah dan memiliki citarasa khas yang mantap.
0 Komentar